Rabu, 16 Januari 2013

Suku Dayak Bakumpai

Suku Dayak Bakumpai adalah salah satu suku dayak yang hidup di sepanjang tepian daerah aliran sungai Barito di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah yaitu dari kota Marabahan kabupaten Barito Kuala provinsi Kalimantan Selatan sampai kota Puruk Cahu kabupaten Murung Raya provinsi Kalimantan Tengah, sedangkan sebagian kecil berada di wilayah Kalimantan Timur yang bermigrasi dari hulu sungai Barito menuju hulu sungai Mahakam, yaitu di Long Iram kabupaten Kutai Barat provinsi Kalimantan Timur. Diperkirakan populasi suku Dayak Bakumpai sebesar 41.000 orang.

Suku Dayak Bakumpai bertetangga dengan suku Dayak Barangas dan suku Dayak Bara Dia (Mengkatip). Diperkirakan suku Dayak Bakumpai merupakan keturunan atau bagian dari sub suku Dayak Ngaju, atau termasuk ke dalam rumpun Dayak Ngaju.

Di Kalimantan Selatan bahasa Dayak Bakumpai disebut sebagai bahasa Banjar Bakumpai. Kalau diperhatikan bahasa Bakumpai tidak akrab hubungannya dengan bahasa Banjar, tetapi justru sangat erat hubungannya dengan bahasa Dayak Ngaju, jadi lebih tepat kalau disebut sebagai bahasa Dayak Bakumpai dari pada bahasa Banjar Bakumpai. Bahasa Dayak Bakumpai sangat berkerabat dengan bahasa Dayak Ngaju, karena persentase kemiripannya hampir sebesar 80%.

Suku Dayak Bakumpai mayoritas beragama Islam, karena sejak masa lalu telah terjadi hubungan dengan suku-suku Melayu Banjar. Saat ini tidak ada lagi dari masyarakat suku Dayak Bakumpai yang masih mengamalkan tradisi agama asli suku dayak seperti Kaharingan.

Kebudayaan dan adat istiadat serta tradisi asli suku ini telah banyak menyerap dari budaya dan adat istiadat suku Melayu Banjar. Kebudayaan asli yang masih tersisa pada suku Dayak Bakumpai adalah ritual Badewa dan Manyanggar Lebu.

Suku Dayak Bakumpai juga memiliki tokoh-tokoh, seperti Panglima Wangkang, seorang panglima dayak di Barito Kuala dalam Perang Banjar, lalu ada Pambakal Kendet (Damang Kendet), ayah dari Panglima Wangkang, selanjutnya adalah Tumenggung Surapati, seorang panglima Dayak Bakumpai yang sebenarnya berasal dari garis keturunan suku Dayak Siang, tetapi hidup dan membela wilayah suku Dayak Bakumpai dan yang menumpas pasukan Belanda serta menenggelamkan kapal Perang Onrust di desa Lontotur Barito Utara.

Kehidupan sehari-hari masyarakat Dayak Bakumpai adalah bertani berladang, serta memanfaatkan lahan hutan untuk perburuan dan saat ini mereka juga banyak yang sudah bekerja di sektor pemerintah dan sektor swasta, selain itu berdagang dan menjalankan usaha mandiri.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar